Harris Turino Soroti Efisiensi Kinerja PT Kimia Farma

11-11-2022 / KOMISI VI
Anggota Komisi VI DPR Harris Turino  saat melakukan Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspik) Komisi VI DPR ke PT Kimia Farma di Cikarang. Foto: Eki/nr

 

Anggota Komisi VI DPR Harris Turino menyoroti rendahnya efisiensi kinerja dari PT Kimia Farma, sebagai perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang farmasi. Salah satunya perihal investasi-investasi yang dilakukan belum menghasilkan Return On Invested Capital (ROIC) atau pengembalian modal investasi yang positif.

 

“Akibatnya perusahaan ini adalah perusahaan farmasi dengan utang terbesar di Indonesia,” ujar Harris saat melakukan Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspik) Komisi VI DPR ke PT Kimia Farma di Cikarang, Jawa Barat, Kamis (10/11/2022).

 

Kendati demikian, Harris menaruh rasa optimisme yang tinggi pada PT Kimia Farma tatkala dinakhodai oleh Direktur Utama, David Utama, yang memiliki kecocokan profil atau kapabilitas yang mumpuni.

 

“Paparan dari Pak Dirut menarik. Kimia Farma adalah the largest integrated farma health care di Indonesia, dan yang menarik adalah peran ini bisa dimainkan selama Kimia Farma memang dimainkan oleh seorang direksi yang cocok profilnya seperti Pak David Utama,” terang Harris.

 

Harris menjelaskan, posisi Kimia Farma sendiri saat ini pangsa pasarnya baru tiga persen. Ia menyebut jika pangsa pasar Kimia Farma pada angka 10 persen, maka Kimia Farma bisa bersaing dengan perusahaan swasta nasional serta asing.

 

“Maka tentu harapannya adalah Kimia Farma bukan hanya menjadi pemain lokal, tetapi Kimia Farma bisa menjadi pemain regional bahkan global,” imbuh Legislator dari Dapil Jawa Tengah IX itu.

 

Selain itu, pada kesempatan sama Harris juga menyinggung soal gagal ginjal akut pada anak yang telah membunuh ratusan nyawa anak belakangan ini. Pasca penyebab dari kasus gagal ginjal itu ditemukan, menurutnya, Kementerian Kesehatan perlu mengevaluasi kebijakan e-katalog.

 

“Supaya ketika ditentukan pemenangnya dari e-catalog bukan semata-mata karena harga tetapi harus dilihat dari sisi kualitas, harus dilihat dari reputasi perusahaannya. Kalau semata-mata hanya mengandalkan harga sebagai faktor yang menentukan pemenang, akibatnya banyak perusahaan farma yang berusaha untuk mencari sumber bahan baku, terutama bahan baku penolong pada harga yang semurah-murahnya dengan mengabaikan kualitas,” ujar Politisi PDIP itu.

 

Harris berharap ke depannya Kemenkes perlu melakukan penataan terkait e-katalog tersebut, seperti membuat scoring dari sisi reputasi dan sisi kualitas. “Sehingga khusus untuk produk-produk farma ini jangan semata-mata harga. Kejadian gagal ginjal akut tidak boleh terjadi lagi di Indonesia,” demikian Harris Turino. (eki/rdn)

BERITA TERKAIT
Asep Wahyuwijaya Sepakat Perampingan BUMN Demi Bangun Iklim Bisnis Produktif
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana akan melakukan rasionalisasi BUMN pada tahun 2025. Salah...
147 Aset Senilai Rp3,32 T Raib, Komisi VI Segera Panggil Pimpinan ID FOOD
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan raibnya 147 aset BUMN ID Food senilai Rp3,32 triliun. Menanggapi laporan tersebut,...
Herman Khaeron: Kebijakan Kenaikan PPN Difokuskan untuk Barang Mewah dan Pro-Rakyat
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen akan mulai berlaku per 1 Januari 2025. Keputusan ini...
Herman Khaeron: Kebijakan PPN 12 Persen Harus Sejalan dengan Perlindungan Masyarakat Rentan
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron menyoroti pentingnya keberimbangan dalam implementasi kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai...